„Jit-tok-hoa (tujuh bunga berbisa)!“ seru si pimpinan para piauwsu tersebut dengan terkejut. Di dunia kangouw nama Jit-tok-hoa sudah sangat terkenal sebagai sekelompok tujuh gadis cantik yang berkepandaian tinggi dan kejam. Ketujuh gadis ini hasil didikan Tee-it Thian-mo (Iblis Langit Nomor Satu) yang juga merupakan ketua perkumpulan rahasia pembunuh bayaran Hiat-Ouw (Danau Berdarah). Sebenarnya apa yang dikawal para piauwsu tersebut sehingga mengundang minat Jit-tok-hoa.
Ketika para piawsu sedang berusaha menyatukan potongan kepala si piawsu apes dengan badan nya, mendadak terdengar teriakan panik Dian Long yang sedang keasyikan ngumpet diatas pohon. Tubuhnya dirubung tawon yang agaknya bersarang diatas pohon yang dihinggapi oleh Dian Long. Suara Dian Long dan gerakannya mengibas-ngibaskan tangan untuk mengusir tawon-tawon tersebut menarik perhatian seorang anggota Jit-tok-hoa.
Si gadis tercantik Jit-tok-hoa yang merupakan hasil didikan pertama Tee-it Thian-mo (Iblis Langit Nomor Satu) langsung melesat ke bawah pohon tempat Dian Long bersembunyi sambil mengerahkan khikang dan bertanya kepada Dian Long dengan suara halus bagai sutera tetapi tajam bagaikan sembilu,” Siapa yang bersembunyi diatas pohon?”
Bu Dian Long yang sedang sibuk menghalau tawon itu mana sempat menjawab pertanyaan gadis cantik itu. Gadis itu bertambah marah dan membentak,“ Hei, apakah kau tuli?“ Dian Long lalu menolehkan kepalanya ke gadis itu.
Tapi dia tidak bisa menjawab dan hanya ternganga melihat kecantikan wajah gadis itu dan tubuhnya yang menggiurkan, terutama karena saat ini gadis itu hanya memakai pakaian dalam ringkas yang otomatis memperlihatkan semua lekuk tubuhnya yang indah. Gadis yang bernama Cui Beng Kiam Hoa itu wajahnya memerah dan menjadi bertambah marah dan gemas.
Tanpa sengaja seekor tawon secara kebetulan masuk mulutnya yang menganga saking kesengsem dengan aduhai-nya tubuh setengah telanjang itu. Karena kaget, Dian Long menutup mulutnya dan tertelan tawon itu olehnya.
“Hey …aku…uhuk….uhuk…..”, kata Bu Dian long sambil terbatuk batuk.
Sebetulnya tawon yang tertelan Bu Dian Long bukanlah tawon biasa, melainkan sejenis tawon
langka yang jarang terlihat manusia. Tawon khas ini diketahui orang kangouw dipelihara oleh
tokoh tua dunia persilatan yang sudah lama tak terdengar lagi kabarnya Ban Su To Niocu (Nona berpengetahuan selaksa). Entah bagaimana tawon ini bisa berada bersama kawanan tawon biasa itu.
Tawon yang bernama tawon asmara ini bila tersengat, otomatis memberikan efek asmara luar biasa bagi orang yang tersengat. Tak perduli lelaki atau perempuan, hormon yang terdapat didalam tubuh langsung dipicu seketika. Tesengat saja, hormon testosteron Dian Long langsung bergejolak, apalagi tertelan oalehnya.
Ketika Dian Long ingin memberi penjelasan lebih lanjut, tiba-tiba dia merasakan da hawa panas dari dalam perutnya yang menjalar dengan cepat ke seluruh tubuhnya. Nafsu berahinya timbul seketika dan dengan cepat merambat naik ke otaknya.
Kebayang penderitaan Bu Dian Long kepergok sang bidadari, menelan tawon, dan berahinya naik mendadak bersamaan munculnya. Tergagap sambil menahan derita, Bu Dian Long keluar dari tempat persembunyiannya.
Sementara keenam gadis lain bergerak secepat kilat menyerang dan menghabisi rombongan piaukok. Piawsu-piawsu itu bukanlah tandingan gadis-gadis cantik itu dan dalam sekejap saja sudah terbantai.
Bu Dian Long sendiri saat itu tidak dapat berbuat apa-apa. Dia sendiri sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan gejolak birahi yang timbul karena tawon asmara. Gadis cantik yang memarahi Dian Long tidak dapat lagi menahan marahnya, melihat Dian Long memandanginya seakan-akan dia sedang bertelanjang bulat, dan langsung menerjang dengan pedang di tangan.
Muka Dian Long tambah memerah, tak dapat lagi dia bertahan. Dengan ganasnya dia menerjang Cui Beng Kiam Hoa yang pada saat bersamaan bagaikan kilat menyabet pedang lenturnya. Cahaya pedang bertaburan bagai kelopak bunga menerjang ganas ke arah Dian Long. Dalam pengaruh birahi Dian Long berkelit dan menyusup di balik cahaya pedang dan memeluk pinggang ramping si nona cantik tersebut. Sebenar kepandaian Cui Beng Kiam Hoa tidak rendah, terbukti namanya yang cukup terkenal di dunia kangouw, tapi ia terlalu memandang enteng kepada Dian Long yang tampak kebodoh-bodohan, apalagi Dian Long menyeruduk bagai banteng kesurupan. Mau berkelit juga tak mungkin lagi Cui Beng Kiam Hoa menusukkan pedangnya ke punggung Dian Long yang sedang memeluk pinggangnya, tapi tiba-tiba tangannya kesemutan dan ia kehilangan tenaga, rupanya Dian Long telah menotok jalan darahnya sehingga seketika ia menjadi lemas tak bertenaga.
Sambil tertawa beringas Dian Long memanggul Cui Beng Kiam Hoa dan secepat kilat berlari ke arah timur menggunakan ginkang Thian-gwa Liu-seng (Bintang Dari Luar Angkasa), ginkang andalan keluarga Bu dari Bu-kee-cung (Perkampungan Keluarga Bu).
Tawa keras Dian Long memancing reaksi dari keenam saudari Cui Beng Kiam Hoa. Mereka meninggalkan mayat-mayat piauwsu korbannya setelah mengambil isi di dalam kotak kayu kawalan dan dengan cepat memburu ke arah Dian Long. Sembari mengejar mereka juga menimpukan semacam am-gi (senjata gelap) yang membuat repot Dian Long. Walaupun ginkangnya hebat, tetapi dengan membopong seorang gadis dan harus berkelit kesana-kesini ginkang Dian Long tidak bisa lagi terkembang sempurna.
Bersambung
Cerita hasil keroyokan bareng anggota serialsilat.com 23.10.2007
Aminus, B_man, Kucink, Mel, Tembuyun Belitong, Trulythe (Aldi Surjana), Toan_ie, dan Zetta, diedit dan diselesaikan oleh Tembuyun Belitong.