Bab 7 Sepasang Pedang Matahari dan Rembulan

aldisurjana_sepasang_pedang_matahari_dan_rembulan_jit_goat_siang_pokiamMelihat perubahan yang besar pada pemuda itu, Jai Hoa Hong-cu menjadi kecut dan ragu-ragu. Dia segera meloncat untuk menyerang Dian Long yang masih belum bangkit dan mengeluarkan satu gerakan yang paling hebat yaitu Siau-hun It –ci (satu jari pembuyar sukma). Diserangnya Dian Long yang masih sedang bingung dan berusaha menekan hawa nafsunya itu. Serangannya yang sangat dasyat dan gencar itu membuat Dian Long pun kalang kabut menyambuti.

Setelah beberapa kali tubuhnya terkena jari si Hwesio cabul, Dian Long segera mengerahkan jurus kedua dari Hang Liong Sip Pat Chiang yaitu Hui-liong Cay-thian (Naga terbang dilangit) yang dikuasainya untuk melawan musuhnya yang menyerang dari atas tersebut. Ternyata efek racun tawon itu benar-benar luar biasa, walaupun beberapa kali tubuh Dian Long terkena jurus jari mematikan tubuhnya tidak mengalami luka apapun hanya bajunya tersobek-sobek tidak karuan. Sebaliknya 18 tapak penakluk naga milik Dian Long dapat melukai Jai Hoa Hong-cu.

Melihat lawannya sudah kepayahan, Dian Long mengubah gaya serangannya dengan membalas dengan ilmu It-yang-ci warisan leluhurnya. Dia segera mengeluarkan totokan satu jari yang cepat dan membuat Jai Hoa Hong-cu menjadi sempoyongan ke arah luar pintu kuil itu.

Ilmu jari milik Dian Long memang lebih lihay dibandingkan jari pedang milik Jai Hoa Hong-cu. Karena menyadari posisinya yang tidak akan menang melawan pemuda itu, Jai Hoa Hong-cu segera melarikan diri. Walau demikian Dian Long masih sempat mengirimkan satu serangan totokan. Jarak antara Dian Long dan Jai Hoa Hong-cu sebenarnya masih 2 depa, tapi lambung si Hwesio cabul masih saja terkena hawa totokan yang dilancarkan Dian Long.

Dulu It Teng Taysu mendapat nama besar dengan It-yang-ci yang bisa menyerang lawan dari jarak jauh. Hanya saja kemampuan Dian Long masihlah jauh bila dibandingkan It Teng Taysu. Namun kali ini Dian Long sendiri kaget, biasanya totokan Dian Long tidak pernah mengeluarkan hawa totokan yang bisa mencapai sasaran dari jarak jauh seperti sekarang.

Sambil membawa luka, Jai Hoa Hong-cu melesat pergi sejauh mungkin dari dusun Bu-kee-cung. Hari ini dia benar-benar sial bertemu Dian Long.

Dian Long yang ditinggal oleh musuhnya begitu saja, mulai merasakan suatu keanehan pada tubuhnya. Dia merasa tubuhnya bertambah kuat tenaganya. Ketika dia melihat Cui Beng Kiam Hoa yang hanya bisa berteriak, \\

\“Lepaskan totokanmu, bodoh\\\“ dan \\\“bebaskan aku\\\“ saja, dia langsung teringat kalau dia harus melepaskan totokannya. Baru saja dia bermaksud untuk melepas totokan di Cui Beng Kiam Hoa. Tiba-tiba efek birahi racun tawon nya langsung memuncak ketika tangannya menyentuh tubuh Cui Beng Kiam Hoa. Tubuhnya terasa semakin panas. Semakin dia mendekati gadis itu, semakin memuncak efek dari racun itu.

Cepat Dian Long membuka totokan dan sebelum Cui Beng Kiam Hoa bisa bergerak leluasa karena sekian lama tertotok, Dian Long segera melompat keluar kuil sambil menahan birahi.
Tak terduga, hanya menotol sedikit saja tubuhnya mencelat bagaikan kilat hingga menabrak dinding kuil, tak terkendali oleh nya tenaga dalam sekuat ini.

Dian Long melayang bagaikan kilat ke sebelah utara dusun yang diketahuinya terdapat sebuah sungai kecil. Ia ingin mencuci mukanya disana untuk menyegarkan pikirannya yang bagaikan panas membara.

Biasanya dengan menggunakan ginkang, Dian Long membutuhkan waktu sepeminuman teh untuk mencapai sungai, kali ini sepertinya teh yang diminum tumpah karena saking cepatnya Dian Long mencapai sungai.

Setiba ditepi sungai Dian Long yang ingin mencuci mukanya terkejut melihat bayangannya mukanya dipermukaan air. Wajah tampannya yang membuat wanita-wanita di rumah pelesiran tergila-gila padanya berubah menjadi aneh, lucu dan kadang menakutkan. Belang-belang kuning dan hitam silih berganti mewarnai mukanya bagaikan tawon manusia. Tak percaya pada penglihatannya cepat Dian Long mencuci mukanya dengan air sungai yang segar. Nafsunya yang membara perlahan-lahan mulai mendingin, racun tawon asmara rupanya hanya memberikan efek sementara.

Setelah birahinya menghilang, perlahan kulit Dian Long juga menjadi normal.

Saking senangnya Dian Long meloncat ke atas sambil berteriak. Tapi kali ini locatan Dian Long tidaklah sehebat waktu racun tawon asmara sedang kumat. Loncatannya kali ini normal seperti biasa.

Dian Long berpikir,”Wah, efek racun tawon asmara rupanya bukan nama kosong belaka”.

“Jika nafsu birahiku naik rupanya lweekangku juga naik berlipat-lipat. Jangankan Hwesio cabul itu, sepuluh orang seperti dia ditambahkan mengeroyokku juga pasti bisa kukalahkan. Sayang sekali wajah tampanku juga berubah jadi tawon dalam keadaan seperti ini, lagipula kalau efek racunnya menghilang tenagaku kembali seperti biasa.”

“Bagaimanapun lain kali aku harus berhati-hati menggunakan efek samping racun tawon asmara ini. Paling tidak aku harus berpikiran kotor kalau bertemu musuh tangguh, untuk memancing datangnya efek racun tawon ini. Hmmmm…benar-benar sebuah taktik bertarung yang bagus!”

Di saat sedang termenung di tepi sungai, tiba-tiba muncul keenam gadis teman Cui Beng Kiam Hoa. dua diantaranya terlihat membawa bungkusan kulit kambing yang berbentuk pipih panjang. Mereka langsung mengepung Dian Long. Belum lagi hilang rasa terkejut Dian Long melihat enam orang gadis cantik dan molek itu, salah satu gadis yang paling muda sudah membentaknya.

\\\“Keparat kau kemanakan suci (kakak seperguruan) kami, kalau kau tidak segera mengatakannya, kami akan menyiksamu hingga kau hidup segan mati tak hendak.\\\“

Dian Long yang kaget tiba-tiba merasakan racun tawon asmara di tubuhnya mengamuk kembali, namun dia berusaha untuk mengendalikan dirinya supaya tidak sampai kalah oleh birahinya. Dengan tersenyum masam dia menjawab, \\\“Terakhir dia kulihat di kuil kecil di pinggir dusun sebelah selatan.\\\“

\\\“Bohong! \\\“ teriak gadis yang paling muda, dan langsung menyerang Dian Long diikuti kelima gadis yang lain.

Kepandaian gadis-gadis itu sebenarnya masih di bawah Dian Long, namun barisan pedang gadis-gadis itu sungguh hebat, sehingga Dian Long kewalahan juga. Belum ditambah baju gadis-gadis itu berkibar-kibar memperlihatkan tubuh mereka yang indah. Dian Long kembali beringas akibat pengaruh racun tawon asmara yang belum hilang sepenuhnya.

Tenaganya meningkat dan dengan dua gerakan sangat cepat dia mematahkan semua serangan dan mementalkan gadis-gadis itu. Ketika gadis-gadis itu berdebuk jatuh ke tanah, dua bungkusan yang dipegang oleh dua orang gadis juga ikut terlepas.

Bersambung

Cerita hasil keroyokan bareng anggota serialsilat.com: 23.10.2007
Aminus, B_man, Kucink, Mel, Tembuyun Belitong, Trulythe (Aldi Surjana), Toan_ie, dan Zetta

 

 

Hinterlasse einen Kommentar